VIVAnews - Hingga kini, Keraton Yogyakarta belum memilih juru kunci Gunung Merapi pengganti Mbah Maridjan yang meninggal dunia akibat awan panas 'wedhus gembel' pada 26 Oktober lalu. Kini, ada satu nama yang disebut-sebut sebagai 'juru kunci' Merapi, yakni Doktor Surono.
Pria beruban dan berkacamata kelahira 8 Juli 1955 itu kini setiap hari muncul di layar kaca, media online, radio, hingga media cetak. Setiap pernyataannya selalu menjadi rujukan dan acuan bagi perkembangan detik demi detik perkembangan gunung di perbatasan Jawa Tengah-Yogyakarta yang kini masih berstatus Awas itu.
Sekali waktu, Surono menyampaikan kepada VIVAnews.com betapa bimbangnya saat setiap kali membubuhkan tanda tangan penetapan status Awas bagi gunung api. Seperti halnya saat menaikkan status Gunung Merapi. "Ketika saya tanda tangan, itu berarti artinya ribuan orang akan diungsikan," kata Surono saat dihubungi lewat telepon Selasa 2 November lalu.
Gunung Merapi ditingkatkan statusnya dari Siaga menjadi Awas terhitung Senin 25 Oktober 2010 pukul 06.00 WIB. Ini adalah level tertinggi. Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu menerima surat pemberitahuan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta kepada Pemerintah Kabupaten Sleman. Surat pemberitahuan status merapi dinaikkan dari siaga ke awas tertanda Nomor 2044/45/BGL.V/2010.
"Untungnya informasi status Awas itu disampaikan pemerintah daerah. Coba wartawan lebih awal mengetahui dari saya, bisa kacau nantinya," kata Surono sambil bercanda. Sudah sepekan Surono menjadi narasumber yang sangat penting bagi media dan masyarakat di Tanah Air. Peringatan demi peringatan yang disampaikan Surono menjadi rujukan bagi segala kegiatan di Merapi. Terutama untuk penanganan evakuasi pengungsi. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'tunduk' atas rekomendasi dan imbauan yang dikeluarkan Surono.
"Soal gunung, saya pun sebagai presiden, tetap tunduk pada Pak Rono. karena dia yang mengetahui geologinya," kata SBY di pos utama Merapi di Pakem, Yogyakarta, Rabu 3 November 2010. '
Tingkah polah' gunung api di seluruh Indonesia dapat diketahui dari satu pintu, Surono. SBY pun mengakui itu. "Waktu Kelud (pasca meletus), pengungsi bertanya, apakah kami boleh pulang, saya jawab yang memberikan pernyataan Pak Rono karena Badan Geologi yang mengetahui kondisi aman tidaknya. Mari kita tunggu pernyataan Pak Rono," kata SBY di pos utama Merapi di Pakem, Yogyakarta, Rabu 3 November 2010. Demikian juga dengan di Sinabung. Saat itu, warga yang merasa kondisi sudah aman minta izin untuk pulang. Jawaban SBY tetap sama: "Tunggu, karena yang memberi keputusan Pak Rono."
Kutipan Surono menjadi informasi yang penting bagi masyarakat, terutama pengungsi. Tetapi, Surono rupanya tidak pernah membaca, melihat, atau mendengarkan lagi setiap pernyataan yang sudah diberikan kepada media. Alasannya sederhana. Dalam ritme kerja yang tinggi ini, Surono tidak ingin terganggu dengan segala hal pemberitaan dan interpretasi media.
"Saya tidak baca koran, nonton berita, atau yang lainnya. Karena itu akan mempengaruhi emosi saya. Makanya, saya lebih suka nonton pertandingan bola. Wartawa itu, dijawab salah, tidak dijawab juga salah," ujar Surono yang suaranya terdengar semakin parau. Dia mengakui, kondisi kesehatannya terus menurun seiring kondisi Merapi yang belum mereda. Bahkan, "Pita suara saya semakin gawat. Banyak merokok, kurang tidur."
Siapa Surono? Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu lulus sarjana jurusan Fisika di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1982. Lima tahun kemudian, pria yang tinggal di Parongpong, Bandung, ini terbang ke Prancis untuk melanjutkan studi.
Pada 1989, 'sesepuh' gunung berapi ini mendapat gelar DEA Mechanique Mileux Geophysique et Environment dari Grenoble University di Grenoble, Prancis. Seperti tidak ada jeda, pada tahun yang sama ayah dua putri ini kembali melanjutkan pendidikan. Gelar doktor geofisika sukses diraih dari Savoei University, Chambery, Prancis, pada 1993.
Sebelum mencapai posisi puncak di dunia Vulkanologi. Surono sudah merintis karis di PVMBG. Surono mulai menjadi staf Divisi Pengamatan Gunung Api di PVMBG sejak 1982 hingga akhirnya dipercaya menjadi Kepala PVMBG mulai 2005.
Berbagai keahlian tentang kegunungapian didapat Surono dari berbagai lembaga dunia. Seperti dari Unesco (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan USGS (lembaga Survei Geologi AS). Puluhan publikasi tentang kegunungapian dari Surono sudah terbit. Mbah Maridjan memang juru kunci pilihan Keraton, tetapi bukan tidak mungkin Surono 'Juru Kunci' Merapi dari Istana Presiden. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar